"Ma... apa arti keberadaan kami untukmu...?"
Jika kamu ibu mereka...tegakah kamu menelantarkan mereka?! |
Penelantaran anak. Itu tema besar yang diangkat film Jepang penyabet beberapa penghargaan bergengsi yang dibuat tahun 2004 ini. Ketika seorang wanita menganggap anak-anak yang dilahirkannya hanya akibat dari perbuatannya dan beban yang membuatnya tidak bahagia maka dengan gampangnya ia membuang mereka.
Naluri keibuan pun yang normalnya ada, hilang entah kemana. Film yang berdurasi cukup panjang ini tidak membuatnya menjadi tontonan yang menjemukan. Latar belakang cerita yang memang diangkat dari kasus nyata penelantaran anak di Tokyo, Jepang yang dikenal sebagai "Affair of the four abandoned children of Sugamo" berhasil membuatku "terpenjara" dalam pesona Nobody Knows.
Meskipun detail kejadian dan karakternya murni fiksi tapi kesan natural dan wajar yang disajikan film ini membuat penontonnya merasa benar-benar hidup bersama anak-anak yang diterlantarkan itu, menjalani hari-hari bersama mereka, berbagi kesedihan dan kebingungan yang sama. Acungan jempol buat Hirokazu Koreeda-san sang sutradara. Well, intro yang agak panjang ya... hahah
Okay! Sekarang saatnya mengenal Akira, kehidupan, dan keluarganya...
THE PLOT *SPOILER ALERT*
Keiko |
Keluarga Fukushima baru pindah ke apartemen sewaan baru mereka. Seorang ibu muda, Keiko, dan anaknya yang bernama Akira. Tapi ternyata, anak dari keluarga Fukushima tidak hanya Akira, ada Kyoko,Yuki, Shigeru yang tidak diketahui keberadaannya oleh orang-orang di sekitar mereka. Akira diperkenalkan sebagai anak satu-satunya dari keluarga Fukushima.
Dalam proses pindahan mereka, Kyoko datang terpisah dengan kereta api dan menyelinap ke kamar apartemen pada malam hari. Sementara Shigeru dan Yuki diselundupkan memakai koper-koper berukuran besar bersama barang-barang pindahan yang lainnya.
Akira |
Jadilah keluarga single mother dengan empat anak ini tinggal di kamar apartemen mereka yang sebenarnya hanya diperuntukkan untuk dua orang itu. Pada awalnya keluarga ini terlihat lumayan normal. Tetapi tak ada satu pun anak dari keluarga Fukushima yang bersekolah. Hanya Akira, anak tertua, yang bebas keluar masuk apartemen. Sementara ketiga adik Akira sama sekali tidak diperbolehkan keluar oleh Keiko.
Hari-hari awal di apartemen baru, mereka terlihat bahagia. Akira diberi tugas sebagai kepala keluarga dan Kyoko sebagai pengganti ibu mereka ketika sang ibu bekerja dari pagi hingga malam. Anak-anak ini menjalani hidup mereka di apartemen sempit ini sebaik yang mereka tahu. Ibu mereka mungkin berprofesi sebagai seorang wanita panggilan, karena Akira dan ketiga adiknya mempunyai ayah yang berbeda-beda.
Wua...Yuki keluar dari koper... |
Saat Keiko mengaku pada Akira bahwa ia sedang berpacaran dengan seorang pria, dimulailah penderitaan keempat anak malang ini.
Suatu pagi ibu mereka tiba-tiba meninggalkan mereka selama berhari-hari. Memang ia meninggalkan sejumlah uang untuk keperluan keempat anaknya. Tapi kepergiannya yang sangat lama membuat Akira mendatangi orang yang kemungkinan besar merupakan ayah Yuki untuk meminta uang yang akan digunakan untuk bertahan hidup di hari-hari berikutnya.
Sang ibu, Keiko, akhirnya kembali pulang dengan membawa hadiah untuk keempat anaknya. Tapi ternyata kepulangannya tidak berlangsung lama. Ia kembali meninggalkan anak-anaknya dan berjanji akan kembali pada hari Natal.
Yak! Sekarang giliran Shigeru!!! |
Tak ada kepulangan sang ibunda pada hari Natal. Kondisi keuangan pun semakin menipis. Akira semakin kebingungan dengan keadaan ini. Ia akhirnya mengetahui kalau ibunya sudah menikah dengan pria yang diceritakan padanya waktu itu. Dan Akira tahu bahwa ibunya tak akan pernah kembali. Tapi Akira tidak membiarkan ketiga adiknya tahu akan hal ini. Ia terus menguatkan diri dan menjalankan perannya sebaik-baiknya sebagai pengganti orang tua. Akira ingin memelihara kebahagiaan adik-adiknya, meskipun ia harus terus berbohong.
Ulang tahun Yuki tiba. Akira mengajaknya keluar karena Yuki terus merengek ingin menunggu ibu mereka di stasiun. Pengecualian ini adalah hadiah ulang tahun untuk Yuki.
Pemandangan menghangatkan hati yang takkan terlihat lagi |
Di perjalanan pulang Akira berjanji pada Yuki suatu hari ia akan mengajaknya naik monorail ke bandar udara Haneda untuk melihat pesawat terbang.
Tawa lepas Akira |
Akira keranjingan game. Dia berteman dengan 2 anak penggila game seumurannya. Seringkali teman-temannya ini datang ke rumahnya untuk bermain video game.
Akira mulai mengacuhkan adik-adiknya. Apartemen mereka semakin tidak terawat. Sampah menumpuk dimana-mana.
Tagihan gas, listrik, air, dan keperluan lainnya tidak lagi terperhatikan oleh Akira yang terlalu asik dengan dunianya sendiri. Suatu hari teman-temannya ini menantang Akira untuk mengutil. Akira menolak dan ia pun ditinggalkan oleh teman-temannya ini.
Saat Akira berusaha untuk mengajak kembali kedua temannya ini untuk bermain dengan mengunjungi mereka ke sekolah mereka, ia bertemu dengan Saki. Siswi yang dibully teman-temannya.
Akira akhirnya kembali ke perannya semula sebagai pengganti orang tua. Ia berusaha mencari pekerjaan, tapi peraturan di Jepang tidak memperbolehkan seseorang bekerja sebelum berumur 16 tahun. Ia menolak dikirim ke dinas kesejahteraan karena ia takut mereka berempat akan terpisah. Dirinya dan Kyoko bahu membahu dalam mengurus "keluarga" mereka.
Asik! Keluar rumah!!! |
Suatu hari Akira mengajak ketiga adiknya keluar. Mereka pergi ke mini market dan membeli apa yang mereka mau dengan uang yang tersisa. Mereka menghabiskan banyak waktu diluar kamar apartemen mereka bersama-sama untuk pertama kalinya. Oleh-oleh dari perjalanan mereka hari itu adalah biji-bijian yang mereka temukan yang kemudian mereka tanam di cup-cup bekas ramen.
Ayo! Kita main! |
Hal yang ditakutkan akhirnya terjadi. Aliran listrik, air dan gas ke kamar apartemen mereka diputus. Anak-anak ini mau tidak mau harus menumpang mandi, mengambil air, dan mencuci baju di toilet dan kran taman. Di taman inilah Saki sering berada pada jam-jam sekolah. Ia terus-terusan membolos setiap hari karena teman-temannya tak berhenti mem"bully"nya.
Hubungan Saki dan kakak beradik ini semakin dekat. Saki sering berkunjung ke kamar apartemen mereka dan merawat mereka. Akhirnya persediaan uang keempat anak ini sangat-sangat tipis. Mereka hidup dengan mengandalkan sushi-sushi sisa yang diberi oleh pramuniaga mini market setiap Akira berkunjung. Mengandalkan air yang mereka ambil dari taman untuk keperluan sehari-hari mereka. Ketika Saki menawarkan uang yang diperolehnya dengan menemani seorang pria berkaraoke Akira menolaknya dan menjauhinya.
Kyoko |
Keadaan yang terus-menerus memburuk membuat empat bersaudara ini sering bertengkar. Suatu hari Akira yang sudah muak memutuskan untuk menenangkan diri keluar untuk bermain. Saat Akira menonton pertandingan baseball, tiba-tiba ia diajak untuk bergabung. Saat Akira sedang menikmati permainan baseballnya, Yuki terjatuh dari kursi saat sedang meraih sesuatu di apartemen mereka dan tak sadarkan diri.
Usaha Akira untuk menelepon ibunya dengan sisa uangnya berakhir sia-sia. Yuki akhirnya meninggal. Akira memutuskan kembali mendatangi Saki untuk meminjam uang. Uang yang didapatnya dibelikan Apollo Choco yang merupakan cemilan favorit Yuki.
Tubuh tak bernyawa Yuki dijejalkan ke dalam koper bersama boneka kelinci, sandal kesayangannya, dan berbungkus-bungkus Apollo Choco yang tadi dibeli Akira. Saki dan Akira menguburkan Yuki di lubang kubur yang mereka gali dengan tangan di lahan terbuka dekat bandar udara Haneda. Akira memenuhi janjinya pada Yuki meskipun Yuki sudah tidak bernyawa lagi.
Setelah kejadian yang sangat membuat mereka terpukul ini, mereka kembali menjalani hari-hari mereka seperti biasa. Berusaha terus menerima dan menjalani kehidupan dengan kepolosan mereka...
INTERESTING FACTS FROM WIKIPEDIA
Menurut sang sutradara, seperti yang sudah disebut di intro di atas, film ini didasarkan pada peristiwa nyata, meskipun yang diambil tidak keseluruhan ceritanya, tetapi hanya setting dan endingnya saja. Peristiwa nyatanya jauh lebih menyeramkan dari apa yang ditampilkan di filmnya.
Shigeru |
Hirokazu Koreeda-san mendraft dan merevisi beberapa screenplay dalam waktu 15 tahun. Ia juga menghabiskan waktu yang sangat lama untuk mengenal subjeknya, dan juga ingin anak-anak yang berperan di film ini berinteraksi, tumbuh, dan mengekspresikan kepribadian mereka secara bebas, dengan sesedikit mungkin pendiktean dari orang dewasa. Pengambilan gambarnya dilakukan menggunakan kamera tersembunyi untuk benar-benar menunjukkan bagaimana anak-anak menjalani kehidupan mereka ketika tak ada seorang pun yang melihat. (Akting para aktor dan aktris cilik di film ini benar-benar natural dan sangat real sehingga terasa begitu dekat dengan diri kita dan kehidupan kita)
Yuki |
Proses pengambilan gambar Nobody Knows memakan waktu satu tahun, dari musim gugur 2002 sampai musim panas 2003. Pengambilan gambar dilakukan secara kronologis dan 70% mengambil setting di apartemen sempit Tokyo (dimana setiap kamarnya dibangun secara khusus untuk keperluan film ini). Keseluruhan apartemen ini disewa secara khusus selama satu tahun untuk proses pengambilan gambar.
MY OPINION
Ibu pada dasarnya adalah seseorang yang berarti segalanya untuk setiap orang. Tapi apa jadinya ketika seorang ibu tidak memiliki rasa kasih sayang dan tanggung jawab yang selayaknya terhadap anak-anaknya?
Kasus penelantaran anak ini banyak terjadi karena tidak siapnya mental seorang wanita untuk mempunyai dan memelihara anak. Dia cenderung merasa anaknya adalah penghalang kebahagiaannya. Meskipun pada awalnya, dalam film ini, Keiko berhasil menjadi seorang ibu yang terbilang baik, tapi pada akhirnya, karena tumpukkan beban yang memang terasa terlalu berat untuk ditanggung seorang diri membuatnya ingin melarikan diri.
Makan malam kami tanpa ibu |
Mencari kebahagiaannya sendiri dan meninggalkan anak-anaknya. Meskipun ia selalu mengirimkan uang kepada Akira (secara tidak teratur) untuk dipakai sehari-hari yang mungkin dianggapnya sudah memenuhi kewajibannya sebagai seorang ibu. Keiko lupa bahwa anak-anaknya membutuhkan kehadirannya untuk membimbing mereka, mengajari mereka, dan melimpahi mereka dengan kasih sayang, bukan hanya uang.
Nobody Knows benar-benar menyadarkan aku bahwa mempunyai anak adalah suatu keajaiban yang sangat besar yang melahirkan tanggung jawab yang luar biasa beratnya. Penelantaran yang diperlihatkan film ini mungkin memang bukan penelantaran penuh yang banyak dipraktekkan di Indonesia, tapi ini sudah lebih dari cukup untuk memberikan tamparan pada kita orang-orang dewasa.
Anak-anak tetaplah anak-anak. Tidak peduli dia dilahirkan dari seorang pelajar yang melakukan seks bebas, seorang wanita panggilan, seorang korban pemerkosaan, ataupun dari wanita-wanita lainnya dengan berbagai status dan kondisi. Mereka mempunyai hak yang sama. Mereka ingin bersama ibu mereka, dibimbing, disayangi. Penelantaran bukanlah jawaban, melainkan hanya sebuah pelarian dan keegoisan dari orang tua yang putus asa atau yang ingin mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri.
Semoga perjuangan Akira dan adik-adiknya di film ini bisa menyentuh hati tiap penontonnya. Beratnya perjuangan mereka, kebingungan mereka, tekanan yang harus mereka terima karena mereka harus hidup dengan cara yang mereka pahami sebagai anak-anak, dan hari esok yang mungkin enggan mereka jalani.
Keputusan mereka untuk terus tetap hidup meskipun penuh dengan keterbatasan yang luar biasa. Juga semoga Akira dan adik-adiknya bisa memberi semangat pada anak-anak yang ditinggalkan orang tua mereka untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.
Akira, Kyoko, Shigeru, Yuki, arigatou...
*Rencananya di kesempatan berikutnya aku akan menerjemahkan artikel Wikipedia mengenai "Affair of the four abandoned children of Sugamo" untuk menunjukkan semengerikan apa peristiwa nyata yang menjadi latar belakang film ini.
Source: Nobody Knows Movie, Nobody Knows (2004 film) - Wikipedia, the free encyclopedia and Google Translate.
No comments:
Post a Comment